“Apa pekerjaanmu?”tanyanya. “GURU” jawab saya dengan bangga setiap kali berkenalan yang disambut dengan senyum atau kadang tawa dari lawan bicara. Entahlah apa yang ada dibenak mereka ketika mendengar saya berseloroh dengan bangga menyebutkan guru sebagai profesi saya, namun satu hal yang nyata, saya selalu bangga menyebutkan diri sebagai seorang guru. Bagaimana tidak, menjadi GURU bagi saya adalah sebuah tugas istimewa yang hanya TUHAN amanahkan kepada orang-orang yang DIA pilih untuk menghebatkan dirinya dan kehidupan disekitarnya. Saya bangga mengemban tugas ini.
Jika boleh jujur, guru memanglah bukan cita-cita saya ketika saya masih remaja. Seperti remaja kebanyakan, saya selalu menyebutkan presiden, dokter, pilot atau akuntan sebagai cita-cita. Pengalaman bersekolahlah yang menyentuh nurani untuk menjadi seorang guru – sebuah profesi yang tidak favorit ketika saya remaja dulu. Bersekolah di pedalaman Kalimantan dengan fasilitas seadanya dan berbonus banjir empat bulanan, bersekolah di pulau Sumatera dengan ketertinggalan materi, ataupun bersekolah di sekolah “favorite” di pulau Jawa yang kemudian malah membuat saya minder justru memberikan pelajaran berharga kepada saya tentang peran penting yang dimainkan oleh sekolah dan sosok guru yang disadari atau tidak memberikan pengaruh seumur hidup pada siswanya – baik ataupun buruk seumur. Sudah selayaknya guru berbangga hati karena menjadi bagian penting dikehidupan siswanya lalu berbenah diri agar tidak menurunkan kesalahan berantai.
Pengalaman pahit menjadi siswa yang termarjinalkan justru mendorong saya untuk mengabdikan diri sebagai guru yang mengemban misi untuk menghebatkan siswanya. Kini bagi saya, tak mengapa saya tidak menjadi seorang dokter, pilot atau akuntan seperti yang saya cita-citakan dulu. Yang penting kini, saya harus memacu diri menjadi guru yang menghebatkan siswanya – sosok guru yang mengantarkan siswanya menjadi akuntan, pilot, dokter atau bahkan presiden hebat. Dan, saya bangga karenanya.
Menjadi guru memberikan kebanggan sendiri bagi saya. Dengan menjadi gurulah, saya berkesempatan mendidik diri lantas meneladankan kebenaran. Bersama siswalah saya menemukan makna saling berbagi dan mengisi. Diruang-ruang kelaslah saya mendapati indahnya menggembirakan hati yang berduka, di sekolahlah saya bisa menyaksikan para pemimpi-pemimpi kecil mengepakkan sayap meraih impiannya. Pengalaman total yang tak pernah terbeli oleh orang terkaya sekalipun.
Semoga kebahagiaan dan kebanggaan yang sama juga dirasakan oleh para guru-guru di seluruh negeri tercinta.
(Widie Dewantara – Menjelang Tangah Malam – Kamar Tidur)
Yeah, I’m also proud of being a teacher…
Everyday every time we learn something new…
Caiyyo teacher…!!! ^^
theyhans@yahoo.com . she wants to consulate it with you.
Pastilah siswa bu chusy berbesar hati bisa menjadi siswa ibu…
I am absolutely proud being a teacher and happy having a friend like you. In my spare time, reading your written inspires me a lot. it give me an energy to stand up and wake up that I am teacher. I say thank you to the inspiring written.
I feel lucky to have you around me, bu Suci…keep struggling and sharing…